BERPIKIR SISTEMIK

Tugas utama seorang Manager adalah mengembangkan sistem dan mengimplementasikannya secara efektif untuk menciptakan proses bisnis yang efisien dan efektif dalam mencapai tujuan perusahaan. Demikian juga karyawan yang berprestasi (talent). Kalau ada Manager, bahkan General Manager sekalipun, yang mengunggulkan dirinya dengan membuat keputusan – keputusan cerdas, selama itu tidak tertanam dalam sistem organisasi, maka semuanya adalah sia – sia belaka.

McKinsey menyebutkan ada 7 S yang harus dimiliki organisasi untuk berhasil dan 3 di antaranya dipandang sebagai infrastruktur organisasi (hardware), antara lain: strategi, struktur dan sistem. Sistem memegang peranan penting untuk menstandarisasi pekerjaan sehingga bisa menghasilkan produk atau jasa (pekerjaan) yang bisa dipercaya dan diandalkan. Ketika perusahaan menggunakan ISO sebagai pedoman pembuatan sistem mereka, maka perusahaan harus menuliskan apa yang mereka lakukan dan melakukan apa yang mereka tuliskan.

Mengandalkan kemampuan menyelesaikan masalah, sama seperti Musa memimpin bangsa Israel dimana mereka datang satu per satu kepadanya untuk meminta penyelesaian masalah mereka. Sampai akhirnya Tuhan memberikan hukum Taurat kepada mereka dan Musa mengelola SDM Israel melalui kepemimpinan yang diberikan otoritasnya, itulah manajemen. Manajer yang masih menggunakan gaya kepemimpinan yang mengandalkan diri sendiri adalah seorang Manager yang tidak bijak, egois, bodoh dan merugikan perusahaan.

Berpikir sistemik adalah berpikir bagaimana karyawan di bawah koordinasi kita mampu menyelesaikan permasalahan yang sering terjadi dengan menerapkan pedoman kerja yang kita ciptakan, apakah itu sebuah alur kerja yang kompleks atau instruksi kerja yang sederhana. Sangatlah bodoh bagi seorang manager (atau karyawan Staff sekalipun), melihat kesalahan atau konflik yang sama dan terjadi berulang, tanpa ada suatu tindakan untuk menciptakan sistem dan prosedur yang akan membantu para karyawan dalam bekerja secara sinergis. Ketidakmampuan Manajer untuk mensinkronkan proses kerja yang ada, bisa menimbulkan miscommunication (salah komunikasi), yang akhirnya bisa terjadi misunderstanding (kesalahpahaman) dan pada akhirnya mistrust (ketidakpercayaan). Perusahaan membayar mahal atas situasi non teknis ini karena ketidakmampuan teknis karyawan (Manager).