PERCOBAAN 3 BULAN

PERCOBAAN 3 BULAN

Pengalaman dengan sopir pribadi saya menunjukkan suatu pemahaman yang berbeda tentang kemampuan manusia. Sebagai lulusan SD, rekan saya ini bukan orang yang akan mampu memahami beberapa hal sekaligus; namun yang membanggakan adalah dia mampu mengendarai mobil dengan baik dalam waktu sebulan saja. Saat ini dia bisa mengemudikan mobil dengan kecepatan 80 km/ jam dan bisa sampai dari Mulyosari (Surabaya Timur) ke Sepanjang (Sidoarjo) hanya dalam waktu 60 menit (bandingkan dengan kecepatannya di awal – awal dia mengendarai).

Bukannya dari turun langit tentang kemampuannya itu; tetapi merupakan hasil tempaan saya kepadanya setiap hari. Mulut saya tidak berhenti untuk memberikan masukan apabila ada hal yang dilakukan dengan tidak benar. Apabila diperlukan, saya akan berbicara dengannya di ruangan kantor saya untuk memberikan pemahaman dan harapan saya akan kemampuannya. Secara umum, dia lupa tidak mengunci pintu, tidak membuka pintu saat saya akan masuk, tidak menyalakan AC, dan sebagainya; tetapi saya tidak mau mendiamkan dan terus memberikan umpan balik. Saat ini saya tinggal menuai ‘hasil karya’ saya untuk membentuk kompetensi menyetirnya.

Banyak orang mempertanyakan waktu percobaan 3 bulan dan mengkritisi Depnaker yang tidak memahami proses bisnis dalam perusahaan. Pertanyaan saya: kalau itu adalah given, lalu mengapa kita tidak bisa menerima dan menyesuaikan diri? Bagaimana caranya memahami kemampuan seseorang dalam waktu 3 bulan, itulah pertanyaan penting yang seharusnya diajukan Manajer kepada dirinya.

Banyak manajer tidak memberikan umpan balik apapun kepada karyawan barunya dan ketika tiba waktu penilaian, mereka tidak siap dan menyalahkan keadaan (atau HRD) yang tidak mendukung mereka. Well, seperti yang kita yakini bahwa sikap yang ekselen adalah sikap yang mau mengambil tanggung jawab. Adalah tanggung jawab kita untuk memperhatikan kompetensi karyawan baru kita, dari hari ke hari, minggu ke minggu dan bulan ke bulan. Beberapa manajer sok sibuk akan berkata bahwa pekerjaan dia tidak hanya mengurusi orang itu saja.

Sungguh aneh! Manajer yang sama yang meminta orang, manajer yang sama yang tidak memperdulikan orang itu. Manajer yang tidak peduli SDM-nya adalah manajer yang merugikan perusahaan, tidak mengukur proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Mereka membiarkan waktu berlalu begitu saja dan tidak ada umpan balik untuk memberikan tindakan perbaikan ata kinerja karyawan. Karyawan yang jarang menerima umpan balik akan cenderung susah dikembangkan karena mereka akan resisten dengan masukan. Memang kita bisa memberikan pembinaan dan melakukan PHK, akan tetapi ujung – ujungnya perusahaan lagi yang dirugikan dalam hal waktu (masa percobaan, pelatihan), tenaga (jasa HRD untuk mengurusi masalah perselisihan industrial) dan uang (biaya tenaga kerja, pesangon, dsb.).
------------------------------------------------------------------